Koran Cirebon ( Kab.Cirebon ) Ki Buntel Angin Taman Bacaan Kyai Masni Cirebon Mengatakan,
Corona masih saja membayangi, meskipun luluh lantak perekonomian global telah terjadi. Belum jelas juga kapan virus ini dapat diatasi, karena kejelasan vaksin maupun obatnya tidak memadahi.
Ditengah masa pandemi, ancaman resesi semakin kentara. Entah apapun perhitungannya, Amerika telah membuka aktivitas lokalnya lebih dini ketimbang Indonesia meskipun terus didera penambahan fantastis jumlah terpapar.
Bahkan WHO pun yang dulunya terkesan ambigu kemudian terang terangan menyatakan, tidak pernah mendukung Lock Down sebagai instrumen penanggulanan corona.
Banyak industri raksasa ambruk. Industri menengah remuk. Malah industri kecil yang masih mampu mengais mensiasati keadaan.
Semakin kental pemahaman resesi ekonomi yang ditimbulkan akan merusak sendi sendi kemanusiaan, ketimbang kematian akibat corona sendiri.
Negara negara kapitalis saat ini sedang tumbang. Asas laizes faire yang menimbulkan kreativitas dan profit oriented menjadi runtuh, oleh alasan perlindungan kesehatan mandiri. Orang bebas takut mati.
Negara tidak mampu campur tangan karena dominasi swasta dalam proses produksi. Tak heran Amerika mengeluarkan stimulus trilyunan dolar untuk menumbuhkan kembali aktivitas ekonomi.
Disisi lain, negara yang menganut sentralistik saat ini lebih menemukan momentnya. China misalnya, tengah memacu keras produksinya ke seluruh dunia, karena pasar barang global bergerak menuju penurunan signifikan.
Saat barang barang produksi mulai kosong yang diawali dropp demand yang diikuti dropp suply karena pabrik tutup, China melalui Economic State hard hand akan meningkatkan suply.
Apalagi sekarang ini Organisasi PBB diduga terkesan mandul. IeMF versi China lebih menggurita melakukan peminjaman kapital maupun investment ke negara berkembang, ketimbang IMF asli yang hari gini duduk pengangguran karena induk semangnya sendiri sedang dilanda flu.
Kedepan akan menimbulkan ketergantungan finansial maupun ekonomi. Termasuk ke Indonesia, mau tak mau cari makan guna menghidupi warganya.
Karena negara maju lainnya sedang keok dan tidak mampu menggenjot investasi. Barangkali omnibus law juga diduga dilatar belakangi fenomena ini.
Dari sisi produksi memanfaatkan situasi global maka China akan menjadi Super Power. Yang hanya dapat dikejar melalui teknologi dan R & D negara negara kapitalis setelah mampu bangkit dari keterpurukan.
Namun di China sendiri juga sangat gencar melakukan R & D. Inilah perang pembuktian efektivitas Negara Sosialis dan Negara Kapitalis. Siapa yang lebih dulu melompati jurang resesi ini dan terus melakukan R & D maka akan menjadi pemenang dekade selanjutnya.
Asal tau saja, di internal masyarakat Negara China sudah tidak lagi phobia dengan corona.
Namun yang lebih menghawatirkan, diduga ada typical negatif dalam negara sosialis. Yakni seringkali memaksakan ideologi by hand termasuk memperluas wilayah secara konfrontasi fisik, menciptakan ketergantungan ekonomi dan tidak sebatas instrumen pasar uang.
Diduga kurang mengedepankan dialogis,dan rendah dalam penghormatan terhadap agama serta manusia.
Sejarah membuktikan,dalam melawan ideologi tidak dapat menggunakan kekuatan fisik. Melainkan dengan ideologi lagi, ideologi tandingan.
Bukalah, analisa mendalam, dan sebarkanlah ideologi kita semassive mungkin.
Agar meskipun senantiasa perang dalam ekonomi, tapi diri terlindungi karena ideologi kita yang berkembang dan dianut dunia.tegasnya.(Tim)
Post A Comment: